Lawan Penyebaran Ideologi Kekerasan Melalui Literasi, BNPT Gelar Bedah Buku Seri "Tercerahkan Dalam Kedamaian" di Palu
Palu - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus memaksimalkan upaya mempersempit penyebaran ideologi kekerasan melalui pemahaman dan literasi. Salah satu implementasinya adalah dengan menggelar Bedah Buku Seri "Tercerahkan dalam Kedamaian" pada Senin (23/6) di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.
"Penyebaran ideologi kekerasan kian menjangkau masyarakat luas melalui literasi. Maka, kita Bersama -sama juga harus melakukan upaya yang lebih masif dalam memberikan pemahaman dan literasi serta pendidikan terhadap seluruh elemen masyarakat," kata Koordinator Analisa dan Evaluasi Penegakan Hukum Rahmat Sori Simbolon, S.H., M.H., saat menyampaikan sambutan Direktur Penegakan Hukum Brigjen Pol Sigit Widodo, S.I.K.
Salah satu penulis buku Dr. Alfindra Primaldhi, B.A., S.Psi., M.Si., menjelaskan mengapa buku dapat meradikalisasi seseorang melalui pendekatan psikologis dengan metode 3N.
“Dengan pendekatan psikologis buku dapat meradikalisasi seseorang dengan metode 3N yakni Needs, Narratives dan Networks. Needs artinya kebutuhan individu untuk mencari signifikansi atau kebermaknaan dalam hidupnya. Kedua, narrative yakni narasi ideologis yang membenarkan penggunaan kekerasan dan ketiga networks dimana jaringan sosial dalam kelompok tersebut memperkuat radikalisasi individu melalui validasi sosial,” jelasnya.
Sementara itu, Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Sulawesi Tengah memiliki cara tersendiri untuk membentengi individu dari risiko keterpaparan ideologi kekerasan terutama pada perempuan dan anak. Mengingat adanya peningkatan jumlah dan peran perempuan dalam melakukan aksi terorisme.
“Jadi dari Fatayat sendiri ada beberapa program ada juga lembaga pendampingan terhadap perempuan dan anak. Kami juga sering melakukan diskusi literasi keluarga bekerjasama dengan Badan Pengembangan Pendidikan dan Aktivitas Instruksional (BP2AI)dan ibu - ibu PKK di kecamatan dan desa. Kami mengangkat isu literasi keluarga seperti cara menggunakan internet dengan bijak, dan cara mengakses bacaan - bacaan kepada anak. Harapannya, mereka dapat membentengi keluarganya dari pemahaman ideologi kekerasan ,” tutup Wulandari perwakilan Fatayat Sulteng.
Adapun peserta bedah buku berasal dari beragam unsur di Sulawesi Tengah, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU), Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), mitra deradikalisasi hingga jajaran Kejaksaan dan Dinas Pendidikan Kota Palu.
Sebagai informasi, BNPT bersama akademisi, peneliti, birokrat, dan mantan napiter, telah melakukan kajian menyeluruh terhadap 15 buku paling berpengaruh di kalangan kelompok teroris. Hasilnya, lahirlah dua buku reflektif dan edukatif: Tercerahkan dalam Kedamaian: Secercah Kisah Mantan dan Tercerahkan dalam Kedamaian: Menggali Akar Radikal Terorisme di Indonesia.